BAB
1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Teori
Etika menyediakan kerangka yang dapat digunakan untuk memastikan benar
tidaknyakeputusan moral. Keputusan moral yang diambil bisa menjadi beralasan (
memiliki moralreasoning ) berdasarkan suatu Teori Etika . Namun sering terjadi
benturan – benturan yang diakibatkan karena pada kenyataanya banyak terdapat
teori etika, yang mengakibatkan penilaianberbeda – beda sebagai akibat dari
tidak adanya kesepakatan oleh semua orang.
Teori Deontologi sering disebut
sebagai etika kewajiban karena berpendapat bahwa tugas
merupakan moral dasar dan tidak
tergantung pada konsekuensi yang ditimbulkan, yang terdiri
dari teori hak ( rights) Keadilan (
Justice ), perhatian ( care ), dan keutamaan (Virtue). Teori
Teleologi berpandangan bahwa suatu
tindakan benar atau salah tergantung pada konsekuensi
yang ditimbulkan oleh tindakan
tersebut. Teori ini sering juga disebut dengan pendekatan
konsekuensialis. Teori Etika
utlitiarianisme berakar dari teori Teleologi dan sering digunakan
untuk menilai kebijakan pemerintah
dan komoditas public.
B.
RUMUSAN
MASALAH
a) Bagaimana
para etikawan memberikan pendapat ketidaksamaan pandangan mengenai apakah etika
bersifat absolut dan relative?
b) Bagaimana
hubungan antara usia dengan perkembangan moral anak manusia?
c) Apa
saja jenis teori etika, dan apa perbedaan antar teori etika?
d) Bagaimana
tantangan ke depan perkembangan etika sebagai ilmu?
C.
TUJUAN
Makalah ini dibuat agar pembaca
dapat memahami tentang:
a) Ketidaksamaan
pandangan mengenai apakah etika bersifat absolut dan relative.
b) Hubungan
antara usia dengan perkembangan moral anak manusia
c) Berbagai
teori etika dan perbedaan antarteori etika yang ada.
d) Tantangan
ke depan perkembangan etika sebagai ilmu.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
TEORI ETIKA
Untuk memahami apa itu etika sesungguhnya kita
perlu membandingkannya dengan moralitas. Baik etika dan moralitas sering
dipakai secara dipertukarkan dengan pengertian yang sering disamakan begitu
saja.Ini sesungguhnya tidak sepenuhnya salah. Hanya saja perlu diingat bahwa
etika bisa saja punya pengertian yang sama sekali berbeda dengan moralitas.
Sehubungan dengan itu,secara teoritis kita dapat
membedakan dua pengertian etika—kendati dalam penggunaan praktis sering tidak
mudah dibedakan. Pertama, etika berasal dari kata Yunani ethos,
yang dalam bentuk jamaknya berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Dalam
pengertian ini etika berkatian dengan kebiasaan hidup yang baik,baik pada diri
seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti
etika berkaitan dengan nilai nilai,tata cara hidup yang baik,aturan hidup yang
baik,dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang
lain secara turun menurun.
Yang menarik disini,dalam pengertian etika ini
justru persis sama dengan pengertian moralitas. Moralitas berasal dari kata
Latin (mos),yang dalam bentuk jamaknya adalah “adat istiadat” atau
“kebiasaan”. Jadi dalam pengertian pertama ini etika dan moralitas sama-sama
berarti sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup dengan baik yang
telah diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang berwujud pada
pola perilaku dan terulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana kebiasaan.
Kedua,etika juga dipahami dalam
pengertian yang sekaligus berbeda dengan moralitas. Dalam pengertian kedua
ini,etika mempunyai pengertian yang jauh lebih luas dari moralitas dan etika
seperti pengertian yang pertama. Etika dalam pengertian kedua ini dimengerti
sebagai filsafat moral,atau ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma
yang diberikan oleh moralitas dan etika dalam pengertian pertama. Dengan
demikian sebagaimana halnya moralitas,berisikan nilai dan norma-norma konkret
yang menjadi pedoman dan pegangan hidup manusia dalam seluruh kehidupannya.
Sebaliknya dalam pengertian kedua ini yaitu sebagai
filsafat moral tidak langsung memberi perintah konkret sebagai pegangan siap
pakai dengan demikian dapat disimpulkan etika sebagai refleksi kritis dan
rasional mengenai (a) nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia harus
hidup baik;dan (b)masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai
dan norma moral yang umum diterima.
Pengertian Etika Menurut Para Ahli
- Menurut Drs.O.P.Simorangkir : Etika atau etik dapat diartikan sebagai pandangan
manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai baik.
- b. Menurut Maryani dan Ludiggo : Etika adalah
seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku
manusia,baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang
dianut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi.
- Menurut Drs.H.BurhannudinSalam : Etika merupakan cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.
- Menurut Brooks
: Etika adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki penilaian normatif
tentang apakah perilaku ini benar atau apa yang seharusnya dilakukan.
Kebutuhan akan etika muncul dari keinginan untuk menghindari permasalahan
di dunia nyata.
B.
ETIKA
ABSOLUT VERSUS ETIKA RELATIF
Sampai
saat ini masih terjadi perdebatan dan perbedaan di antara para etikawan tentang
apakah etika bersifat absolut atau relative.Para penganut paham etika absolut
dengan berbagai argumentasi yang masuk akal meyakini bahwa ada prinsip-prinsip
etika yang bersifat mutlak, berlaku universal kapanpun dan dimanapun.Sementara
itu, para penganut etika relative dengan berbagai argumentasi yang juga tampak
masuk akal membantah hal ini.Mereka justru menetapkan bahwa tidak ada prinsip
atau nilai moral yang berlaku umum.Prinsip atau nilai moral yang ada dalam
masyarakat berbeda-beda untuk masyarakat yang berbeda dan untuk situasi yang
berbeda pula.
Untuk
mendukung argumentasi para penganut etika relative dimana kebudayaan yang
berbeda akan menghasilkan kode moral yang berbeda pula, Rachles (2004),
memberikan contoh tentang keyakinan dua suku yang amat berbeda dalam perlakuan
orang tua mereka saat meninggal dunia, yaitu suku Callatia yang memakan jenazah
orang tua mereka, sedangkan orang-orang yunani membakar jenazah orang tua
mereka.
Menyangkut
dengan contoh dari etika relative tersebut Rachles dan Immanuel Kant yang juga
pendukung teori absolut menyatakan bahwa, ada pokok teoretis yang umumnya
dimana ada aturan-aturan moral tertentu yang dianut secara bersama-sama oleh
semua masyarakat karena aturan itu penting untuk kelestarian masyarakat.Misalnya,
aturan melawan kebohongan dan pembunuhan.Hanyalah dua contoh yang masih berlaku
dalam semua kebudayaan yang tetap hidup, walaupun juga diakui bahwa dalam
setiap aturan umum tentu saja ada pengecualianya.
C. PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL
Teori
perkembangan moral banyak dibahas dalam ilmu psikologi, salah satu teori yang
sangat berpengaruh dikemukakan oleh Kohlberg (dalam Atkinson et.al. 1996)
dengan mengemukakan 3 tahap perkembangan moral dihubungkan dengan pertumbuhan
(usia) anak.
Tahap-tahap
perkembangan moral anak menurut Kohlberg.
Tingkat
(Level)
|
Sublevel
|
Ciri menonjol
|
Tingkat I
(Preventional)
Usia <10
tahun
|
1.
Orientasi pada hukuman
|
Mematuhi
peraturan untuk menghindari hukuman.
|
2.
Orientasi pada hadiah
|
Menyesuaikan
diri untuk memperoleh hadiah atau pujian.
|
|
Tingkat II
(Conventional)
Usia 10-13
tahun
|
3.
Orientasi anak baik
|
Menyesuaikan
diri untuk menghindari celaan orang lain.
|
4.
Orientasi otoritas
|
Mematuhi hukum
dan peraturan social untuk menghindari kecaman dari otoritas dan perasaan
bersalah karena tidak melakukan kewajiban
|
|
Tingkat III
(Postconventional)
Usia > 13
tahun
|
5.
Orientasi kontrak social
|
Tindakan yang
dilaksanakan atas dasar prinsip yang disepakati bersama masyarakat, demi
kehormatan diri
|
6.
Orientasi prinsip etika
|
Tindakan yang
didasarkan atas prinsip etika yang diyakini diri sendiri untuk menghindari
penghukuman diri.
|
D.
JENIS-JENIS TEORI ETIKA
1. Egoisme
Rachels (2004) memperkenalkan dua
konsep yang berhubungan dengan egoisme, yaitu egoisme psikologis dan egoisme
etis.Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua
tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri.Egoisme etis adalah
tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Yang membedakan tindakan
berkutat diri (egoisme psikologis) dengan tindakan untuk kepentingan diri
(egoisme etis) adalah pada akibatnya terhadap orang lain. Tindakan berkutat
diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain,
sedangkan tindakan mementingkan diri tidak selalu merugikan kepentingan orang
lain.
2. Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata
Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris utility yang
berarti bermanfaat (Bertens, 2000).Menurut teori ini, suatu tindakan dapat
dikatan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat,
atau dengan istilah yang sangat terkenal “the greatest happiness of the
greatest numbers”. Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham
egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat.Egoisme etis melihat
dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme
melihat dari sudut kepentingan orang banyak (kepentingan bersama, kepentingan
masyarakat).
Paham utilitarianisme dapat
diringkas sebagai berikut :
- Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari
konsekuensinya (akibat, tujuan atau hasilnya).
- Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya
parameter yang penting adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah
ketidakbahagiaan.
- Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.
3. Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata
Yunani deon yang berarti kewajiban. Paham deontologi
mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali
dengan tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi
suatu tindakan tidak boleh menjadi pertimbangan untuk menilai etis atau
tidaknya suatu tindakan.Suatu perbuatan tidak pernah menjadi baik karena
hasilnya baik.Hasil baik tidak pernah menjadi alasan untuk membenarkan suatu
tindakan, melainkan hanya kisah terkenal Robinhood yang merampok kekayaan
orang-orang kaya dan hasilnya dibagikan kepada rakyat miskin.
•
Konsep penting tentang paham
deontologi (Kant):
1.
Konsep Imperative Hypothesis adalah
perintah yang bersifat khusus yang harus diikuti jika seseorang punya keinginan
yang relevan.
2.
Konsep Imperative Categories adalah
kewajiban moral yang mewajibkan kita begitu saja tanpa syarat apapun
4. Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini
barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk
mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.Sebetulnya teori hak
merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan dengan
kewajiban. Malah bisa dikatakan, hak dan kewajiban bagaikan dua sisi dari uang
logam yang sama. Dalam teori etika dulu diberi tekanan terbesar pada kewajiban,
tapi sekarang kita mengalami keadaan sebaliknya, karena sekarang segi hak
paling banyak ditonjolkan. Biarpun teori hak ini sebetulnya berakar dalam
deontologi, namun sekarang ia mendapat suatu identitas tersendiri dan karena
itu pantas dibahas tersendiri pula. Hak didasarkan atas martabat manusia dan
martabat semua manusia itu sama. Karena itu teori hak sangat cocok dengan
suasana pemikiran demokratis.Teori hak sekarang begitu populer, karena dinilai
cocok dengan penghargaan terhadap individu yang memiliki harkat tersendiri.
Karena itu manusia individual siapapun tidak pernah boleh dikorbankan demi
tercapainya suatu tujuan yang lain.
•
Hak asasi manusia didasarkan atas
beberapa sumber otoritas (Weiss,2006):
- Hak legal
Hak legal
adalah hak yang didasarkan atas system/ yurisdiksi hokum suatu Negara, dimana
sumber hokum tertinggi suatu negara adalah undang-undang dasar negara yang
bersangkutan.
- Hak moral
Hak moral
yaitu hak pribadi manusia secara individu, hak moral berkaitan dengan
kepentingan indivisu sepanjang kepentingan individu itu tidak melanggar hak-hak
orang lain.
- Hak kontraktual
Hak
kontraktual yaitu hak yang mengikat individu-individu yang membuat
kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Menurut perumusan termasyur dari
Immanuel Kant : yang sudah kita kenal sebagai orang yang meletakkan dasar
filosofis untuk deontologi, manusia merupakan suatu tujuan pada dirinya (an
end in itself). Karena itu manusia selalu harus dihormati sebagai suatu
tujuan sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata sebagai sarana
demi tercapainya suatu tujuan lain.
5. Teori
Keutamaan (Virtue Theory)
Dalam teori-teori yang dibahas
sebelumnya, baik buruknya perilaku manusia dipastikan berdasarkan suatu prinsip
atau norma. Dalam konteks utilitarisme, suatu perbuatan adalah baik, jika
membawa kesenangan sebesar-besarnya bagi jumlah orang terbanyak.Dalam rangka
deontologi, suatu perbuatan adalah baik, jika sesuai dengan prinsip “jangan
mencuri”, misalnya.Menurut teori hak, perbuatan adalah baik, jika sesuai dengan
hak manusia.Teori-teori ini semua didasarkan atas prinsip (rule-based).
Disamping teori-teori ini, mungkin
lagi suatu pendekatan lain yang tidak menyoroti perbuatan, tetapi memfokuskan
pada seluruh manusia sebagai pelaku moral. Teori tipe terakhir ini adalah teori
keutamaan (virtue) yang memandang sikap atau akhlak seseorang. Dalam
etika dewasa ini terdapat minat khusus untuk teori keutamaan sebagai reaksi
atas teori-teori etika sebelumnya yang terlalu berat sebelah dalam mengukur
perbuatan dengan prinsip atau norma. Namun demikian, dalam sejarah etika teori
keutamaan tidak merupakan sesuatu yang baru.Sebaliknya, teori ini mempunyai
suatu tradisi lama yang sudah dimulai pada waktu filsafat Yunani kuno.
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai
berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia
untuk bertingkah laku baik secara moral. Kebijaksanaan, misalnya, merupakan
suatu keutamaan yang membuat seseorang mengambil keputusan tepat dalam setiap
situasi. Keadilan adalah keutamaan lain yang membuat seseorang selalu
memberikan kepada sesama apa yang menjadi haknya. Kerendahan hati adalah
keutamaan yang membuat seseorang tidak menonjolkan diri, sekalipun situasi
mengizinkan.Suka bekerja keras adalah keutamaan yang membuat seseorang
mengatasi kecenderungan spontan untuk bermalas-malasan.Ada banyak keutamaan
semacam ini.Seseorang adalah orang yang baik jika memiliki keutamaan.Hidup yang
baik adalah hidup menurut keutamaan (virtuous life).
Menurut pemikir Yunani
(Aristoteles), hidup etis hanya mungkin dalam polis.Manusia adalah “makhluk
politik”, dalam arti tidak bisa dilepaskan dari polis atau komunitasnya.Dalam
etika bisnis, teori keutamaan belum banyak dimanfaatkan.Solomon membedakan
keutamaan untuk pelaku bisnis individual dan keutamaan pada taraf perusahaan.
Di samping itu ia berbicara lagi tentang keadilan sebagai keutamaan paling
mendasar di bidang bisnis. Diantara keutamaan yang harus menandai pebisnis
perorangan bisa disebut : kejujuran, fairness, kepercayaan dan keuletan.
Keempat keutamaan ini berkaitan erat satu sama lain dan kadang-kadang malah ada
tumpang tindih di antaranya. Kejujuran secara umum diakui sebagai keutamaan
pertama dan paling penting yang harus dimiliki pelaku bisnis.Kejujuran menuntut
adanya keterbukaan dan kebenaran.Jika mitra bisnis ingin bertanya, pebisnis
yang jujur selalu bersedia memberi keterangan.Tetapi suasana keterbukaan itu
tidak berarti si pebisnis harus membuka segala kartunya.Sambil berbisnis, sering
kita terlibat dalam negosiasi kadang-kadang malah negosiasi yang cukup keras
dan posisi sesungguhnya atau titik tolak kita tidak perlu ditelanjangi bagi
mitra bisnis.Garis perbatasan antara kejujuran dan ketidakjujuran tidak selalu
bisa ditarik dengan tajam.
Ketiga keutamaan lain bisa
dibicarakan dengan lebih singkat. Keutamaan kedua adalah fairness.
Fairness adalah kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada semua orang
dan dengan “wajar” dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh semua pihak yang terlibat
dalam suatu transaksi. Insider trading adalah contoh mengenai cara berbisnis
yang tidak fair. Dengan insider trading dimaksudkan menjual atau membeli saham
berdasarkan informasi “dari dalam” yang tidak tersedia bagi umum. Bursa efek
sebagai institusi justru mengandaikan semua orang yang bergiat disini mempunyai
pengetahuan yang sama tentang keadaan perusahaan yang mereka jualbelikan
sahamnya. Orang yang bergerak atas dasar informasi dari sumber tidak umum (jadi
rahasia) tidak berlaku fair.
Kepercayaan (trust) juga
merupakan keutamaan yang penting dalan konteks bisnis.Kepercayaan harus
ditempatkan dalam relasi timbal balik. Ada beberapa cara untuk mengamankan
kepercayaan. Salah satu cara adalah memberi garansi atau jaminan. Cara-cara itu
bisa menunjang kepercayaan antara pebisnis, tetapi hal itu hanya ada gunanya
bila akhirnya kepercayaan melekat pada si pebisnis itu sendiri.
6. Teori
Etika Teonom
Sebagaimana dianut oleh semua
penganut agama di dunia bahwa ada tujuan akhir yang ingin dicapai umat manusia
selain tujuan yang bersifat duniawi, yaitu untuk memperoleh kebahagiaan
surgawi.Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat risten, yang mengatakan
bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian
hubungannya dengan kehendak Allah.Perilaku manusia secara moral dianggap baik
jika sepadan dengan kehendak Allah, dan perilaku manusia dianggap tidak baik
bila tidak mengikuti aturan/perintah Allah sebagaimana dituangkan dalam kitab
suci.
Sebagaimana teori etika yang
memperkenalkan konsep kewajiban tak bersyarat diperlukan untuk mencapai tujuan
tertinggi yang bersifat mutlak. Kelemahan teori etika Kant teletak pada
pengabaian adanya tujuan mutlak, tujuan tertinggi yang harus dicapai umat
manusia, walaupun ia memperkenalkan etika kewajiban mutlak. Moralitas dikatakan
bersifat mutlak hanya bila moralitas itu dikatakan dengan tujuan tertinggi umat
manusia.Segala sesuatu yang bersifat mutlak tidak dapat diperdebatkan dengan
pendekatan rasional karena semua yang bersifat mutlak melampaui tingkat
kecerdasan rasional yang dimiliki manusia.
E.
TEORI ETIKA DAN PARADIGMA HAKIKAT MANUSIA
Konsep tentang hakikat alam semesta
dan hakikat manusia serta poko-pokok pikiran dari berbagai macam teori etika
yang berkembang. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.
Tampaknya sampai saat ini telah
muncul beragam paham atau teori etika dimana masing-masing teori mempunyai
pendukung dan penentang yang cukup berpengaruh.
b.
Munculnya beragam teori etika karena
adanya perbedaan paradigma, pola pikir, atau pemahaman tentang hakikat hidup
sebagai manusia.
c.
Hampir semua teori etika yang ada
didasarkan atas paradigma tidak utuh tentang hakikat manusia.
d.
Dilihat dari semua proses evolusi
kesadaran diri, semua teori yang ada menjelaskan tahapan-tahapan moralitas
sejalan dengan pertumbuhan tingkat kesadaran diri seseorang.
e.
Teori-teori yang tampak bagaikan
potongan-potongan terpisah dapat dipadukan menjadi suatu teori tunggal
berdasarkan paradigm hakikat manusia secara utuh.
f.
Inti dari etika manusia utuh adalah
keseimbangan pada:
·
Kepentingan pribadi, kepentingan
masyarakat, dan kepentingan tuhan.
·
Keseimbangan modal materi (PQ dan
IQ), modal social (EQ), dan modal spiritual (SQ).
·
Kebahagiaan lahir (duniawi),
kesejahteraan masyarakat, dan kebahagiaan batin (Surgawi).
·
Keseimbangan antara hak (Individu),
dan kewajiaban kepada masyarakat dan Tuhan.
Teori etika dan paradigma hakikat manusia
No
|
Teori
|
Paradigma
|
|||
Penalaran teori
|
Kriteria etis
|
Tujuan hidup
|
Hakikat manusia dan keceerdasan.
|
||
1
|
Egoisme
|
Tujuan dari tindakan
|
Memenuhi kepentingan pribadi
|
Kenikmatan duniawi secara indvidu
|
Hakikat tidak utuh
|
2
|
Utilitarianisme
|
Tujuan dari tindakan
|
Memberi manfaat/ kegunaan bagi banyak orang.
|
Kesejahteraan duniawai masyarakat.
|
Hakikat tidak utuh.
|
3
|
deontologi-Kant
|
Tindakan itu sendiri
|
Kewajiban mutlak setiap orang
|
Demi kewajiban itu sendiri
|
Hakikat tidak utuh
|
4
|
Teori hak
|
Tingkat kepatuhan terhadap HAM
|
Aturan tentang hak asasi manusia
|
Demi martabat kemanusiaan
|
Hakikat tidak utuh
|
5
|
Teori keutamaan
|
Disposisi karakter
|
Karakter posotif-negatif individu
|
Kebahagiaan duniawi dan mental/ psikologis
|
Hakikat tidak utuh
|
6
|
Teori teonom
|
Disposisi karakter dan tingkat keimanan
|
Karakter mulia dan mematuhi kitab suci agama masing-masing
individu dan masyarakat
|
Kebahagiaan rohani (surgawi, akhirat, moksa, nirmala)
mental dan duniawi
|
Hakikat utuh
|
Tantangan ke depan etika sebagai
Ilmu.
Etika sebat telah dikenal sebagai
filsafat telah dikenal sejak jaman masehi.Etika sebagai ajaran moral telah
menjadi bagian tak terpisahkan dari semua agama sejak agama itu hadir.Namun
sebagai ilmu, etika masih kalah mapan bila dibandiingkan dengan ilmu-ilmu
lainya seperti ilmu fisika, ilmu ekonomi, dan lain-lain.
Perkembangan ilmu etika menjadi
salah kaprah karena hanya dilandasi oleh hakikat manusia utuh- suatu paradigma
tentang hakikat manusia yang hanya mengandalkan kekuatan pikiran untuk mencari
kebenaran, mengejar makna hidup duniawi, dan melupakan potensi kekuatan
spiritual, kekuatan tak terbatas, kekuatan Tuhan dalam diri manusia tersebut.
Ilmu etika ke depan hendaknya
didasarkan atas paradigm manusia utuh, yaitu suatu pola piker yang mengutamakan
intregasi dan keseimbangan pada:
a.
Pertumbuhan PQ, IQ,EQ, Dan SQ
b.
Keseimbangan individu, kepentingan
masyarakat, dan kepentngan Tuhan.
c.
Keseimbangan tujuan lahiriah
(duniawi) dengan tujuan rohaniah (spiritual)
Semua teori etika yang pada awal
kemunculanya bagaikan potongan-potongan terpisah dan berdiri sendiri, ternyata
dapat dipadukan karena sifatnya yang saling melengkapi. Inti dari hakikat
manusia utuh adalah keseimbangan, yang bisa diringkas sebagai berikut:
a.
Keseimbangan antara hak (teori hak)
dan kewajiban (teori deontology).
b.
Keseimbangan tujuan duniawy (teori teologi)
dan rohani (teori teonom)
c.
Keseimbangan antara kepentingan
individu (teori egoisme) dan kepentingan masyarakat (Teori utilitarianisme)
d.
Gabungan ketiga butir diatas kan
menentukan karakter seseorang (teori keutamaan)
e.
Hidup adalah suatu proses evolusi
kesadaran.
Teori-teori etika yang dapat
dianalogikan dengan alur proses evaluasi kesadaran, yaitu hak
(egoisme)-utilitaranisme-kewajiaban(deontology)-teonom-keutamaan(virtue).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Etika sebagai disiplin ilmu, berhubungan
dengan kajian secara kritis tentang adat kebiasaan, nilai-nilai dan norma-norma
dan perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik.Sebagai ilmu etika
belum semapan ilmu fisika atau ilmu ekonomi. Dalam etika masih dijumpai banyak
teori yang menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama
dari sudut pandang atau prespektive yang berlainan. Dan beberapa jenis teori
antara lain teori egoisme, utilitarianisme, deontology, teori hak, teori
keutamaan, teori etika otonom. Sebagaimana dikatakan oleh Peschke S.V.D (2003),
Berbagai teori etika muncul antara lain karena adanya perbedaan prespektif dan
penafsiran tentang apa yang menjadi tujuan akhir hidup umat manusia, seperti
teori Egoisme, Utilitarianisme, Deontologi, Teori Hak, Teori Keutamaan
(Virtue), dan teori etika etonom. Disamping itu sifat teori dalam ilmu etika
masih lebih banyak untuk menjelaskan sesuatu, belum sampai pada tahap untuk
meramalkan, apalagi untuk mengontrol suatu tindakan atau perilaku.
Perkembangan ilmu etika menjadi
salah kaprah karena hanya dilandasi oleh hakikat manusia utuh- suatu paradigma
tentang hakikat manusia yang hanya mengandalkan kekuatan pikiran untuk mencari
kebenaran, mengejar makna hidup duniawi, dan melupakan potensi kekuatan
spiritual, kekuatan tak terbatas, kekuatan Tuhan dalam diri manusia tersebut.
Semua teori etika yang pada awal kemunculanya bagaikan potongan-potongan
terpisah dan berdiri sendiri, ternyata dapat dipadukan karena sifatnya yang
saling melengkapi.Teori-teori etika yang dapat dianalogikan dengan alur proses
evaluasi kesadaran, yaitu hak
(egoisme)-utilitaranisme-kewajiaban(deontology)-teonom-keutamaan(virtue).
Daftar Pustaka
Agoes,Sukrisno, Ardana, I cenik. Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan
membangun manusia seutuhnya. 2014. Jakarta : Salemba Empat
Saya tidak percaya ada pemberi pinjaman online asli yang begitu baik dan jujur seperti Tuan Pedro yang memberi saya pinjaman sebesar 2 juta Euro untuk melaksanakan proyek saya yang sudah lama datang dan menunggu untuk dilaksanakan tetapi dengan bantuan Petugas Tuan Pedro dan semuanya mudah bagi saya.
ReplyDeleteSaya akan meminta Anda untuk menghubungi Petugas Pinjaman Pedro di pedrloanss@gmail.com atau WhatsApp +393510140339